Penulis: Dimas WahyuEditor: Sri Noviyanti
Jadi membayangkan kalau ibu kota jadi pindah ke Palangkaraya," ujar Toni. Bangunan-bangunan pemerintah baru dibangun. Mobil sedikit. Sepi banget. padahal ini ibu kota Provinsi Maluku Utara. "Lumayan sepi,
di luar mobil angkot. Becak motor atau bentor terlihat sesekali lewat di sana sebagai salah satu angkutan andalan,
Hal tersebut cukup beralasan mengingat sejatinya Sofifi adalah sebuah kelurahan. tempat tersebut tidak begitu ramai. meski jadi ibu kota provinsi, Namun,
Tim akhirnya tiba pada sore hari di wilayah yang kini menjadi ibu kota provinsi itu.
Kapal lantas membelah laut Maluku Utara hingga Sofifi yang diperhitungkan memakan waktu 4-5 jam.
Mobil pun tidak tersangkut saat naik ke badan kapal karena tinggi bodinya sekitar 20 cm sehingga perlahan bisa terparkir rapi di atas dek.
Mereka kembali mengendarai SUV-SUV tujuh penumpang mereka itu untuk menyeberang dengan kapal feri.
tim Daihatsu 7 Wonders kembali melanjutkan perjalanannya ke Maluku melalui pelabuhan Sofifi. Selepas menjawab sendiri mitos hujan cakalang,
Kelurahan yang Senyap
perwakilan dari Daihatsu yang turut dalam tim Terios 7-Wonders. Ini jadi pengalaman menarik bisa ikut memancing cakalang di Ternate," ujar Haga Sembiring, "Belum pernah kebayang cara nelayan lokal memancing di laut lepas.
toh mereka tetap kehujanan ikan cakalang. Dengan cara ini pun, Nelayan di Maluku Utara sudah melakukan hal ini secara turun-temurun tanpa menebar alat penangkap ikan yang membahayakan lingkungan.
Ikan-ikan ini terlempar dan beradu dengan papan kayu di kepan menimbulkan suara tumbukan yang berlanjut ibarat bulir-bulir hujan yang akan deras. Pemandangan yang terus-menerus seperti itulah yang pada akhirnya menunjukkan momen hujan ikan cakalang.
Lalu mata kail ditarik lagi ke laut untuk menangkap ikan lagi," tutur Toni dari tim Terios 7-Wonders. Ini langsung copot. Kalau kita memancing kan biasanya tersangkut di mulut ikan. langsung terbuka kailnya. "Jadi begitu ikan jatuh ke dek,
Nelayan yang duduk tepi palka dengan mudah menariknya sampai melayang melewati punggung mereka lalu mendarat di dek kapal. Cakalang-cakalang dari laut Maluku Utara yang merupakan perenang gesit itu tanpa sadar menggigit mata pancing.
sampai akhirnya hujan cakalang yang jadi mitos itu terjawab. sementara rekannya ada yang bertugas membuat buih dengan siraman air dari selang untuk menipu ikan-ikan sebagai umpan, "Boy-boy" kemudian menebar umpan hidup,
lantas awak kapal mulai menjulurkan bambu-bambu tadi yang menjadi alat pancing. Sesuai aba-aba,
mereka tiba di titik. Ketika laut lepas sudah membawa pergi hingga sejauh empat jam perjalanan,
Semua ditaruh di tengah-tengah lambung kapal yang dibuat seperti sebuah kolam sehingga umpan-umpan ini masih dalam kondisi hidup. Umpan itu sendiri adalah ikan-ikan kecil yang dikumpulkan dari sekitar pantai atau pinggir laut.
hingga penabur umpan yang diistilahkan "boy-boy". pemberi aba-aba, mulai dari menjadi pemancing, Kedelapan belas awak ini punya peran yang berbeda-beda,
Kapal dengan 18 awak itu melaju menuju sebuah titik di dekat Pulau Hiri.
Yang ada hanya sejumlah alat sederhana berupa bilah-bilah bambu. di sana tidak ada jala. meski sudah mengandalkan motor penggerak, Namun, Kapal kayu ini sendiri umum digunakan para nelayan di Maluku untuk mencari ikan.
Kapal pun lepas tali pengikat saat langit masih hitam dan belum berbagi warna kemerahan sekalipun.
Itu banyak terjadi," ujar sang kapten. Ibaratnya ikan enggan menempel di kapal. memang seret tangkapannya. Kalau enggak doa itu, Intinya minta perlindungan sama Yang di Atas agar selamat dan tangkapannya banyak. sekarang di rumah. "Dulu doa di pinggir laut,
klenik itu rupanya merupakan ritual doa dari sang kapten sebelum kapalnya berangkat. Setelah ditelusuri, sebelum ritual yang disebut hujan cakalang itu bisa didapatkan. tim sempat mendengar selentingan soal klenik, Sebelumnya,
Mereka menumpang kapal nelayan Kapal Motor Ikan (KMI) Virgo yang dipimpin kapten bernama Salamat.
tim pada Sabtu (15/7/2017) pukul 02.00 dini hari bersiap berangkat ke wilayah laut lepas Maluku. Setelah mengelilingi sebagian Ternate,
Maluku Utara. tepatnya di Ternate, cerita tersebut coba dicari tahu oleh tim Terios 7 Wonders yang pada 2017 ini menggunakan Terios mereka di wilayah Maluku, Namun,
rasanya mungkin seperti sebuah mitos. Mendengar hujan ikan yang masih satu keluarga dengan tuna ini,
mungkin cerita semacam ini menjadi salah satu yang disebut-sebut. Bagi mereka yang berencana untuk bepergian ke wilayah timur di Indonesia, KOMPAS.com - Pernah mendengar mitos soal hujan cakalang?
Source: Kompas.com
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.