™ Kajian Tubuh dan Jiwa ala Abu Sayd al-Balkhi

Jannet Juni 17, 2017
Kajian Tubuh dan Jiwa ala Abu Sayd al-Balkhi
Ilustrasi Abu Zayd Al balkhi. tirto.id/Sabit

bahkan masih dikatakan relevan dan berguna dalam proses diagnosis pasien-pasien gangguan kejiwaan. karya-karyanya yang ditulis ratusan tahun sebelum psikologi modern berkembang berhasil menorehkan sejarah, Meski demikian, Tumbuh di lingkungan budaya Islam bukanlah hal mudah bagi seorang al-Balkhi untuk memperkenalkan pendekatan alternatif dalam menyembuhkan penyakit yang diderita seseorang.

ia meyakinkan orang-orang bahwa Tuhan menciptakan pengobatan untuk setiap penyakit sehingga para penderita gangguan obsesi tidak semestinya kehilangan harapan untuk sembuh. Lebih jauh, al-Balkhi dengan gigih menjelaskan kepada orang-orang bahwa gangguan obsesi bisa sembuh. Menghadapi kenyataan ini, Kendala ketiga yang al-Balkhi temukan dalam masyarakat yang masih memegang erat keyakinan religiusnya adalah hilangnya harapan untuk sembuh.

Psikologi masih jauh dari populer sehingga pendekatan-pendekatan yang dilakukan al-Balkhi dianggap tidak efektif oleh masyarakat. pilihan penyembuhan yang masih menitikberatkan pada penanganan fisik. Kedua, masih banyak orang percaya bahwa gangguan obsesi yang dialami seseorang terkait dengan kekuatan jahat atau keracunan pada empedu. Pada masa itu, kepercayaan budaya tentang obsesi. Pertama, al-Balkhi menyadari ada beberapa hambatan yang ditemui dalam melakukan penyembuhan gangguan obsesi. Ketika melakukan kajian-kajian psikologi di tengah budaya Islam,

orang tersebut juga bersikap keras terhadap dirinya sendiri. Menurut al-Balkhi, mereka akan memilih yang paling rumit. Seorang pengidap gangguan obsesi lebih percaya hal buruk akan menimpanya dan ketika diberikan sejumlah pilihan, ilmuwan Arab itu menyatakan bahwa penderita umumnya memiliki cara pandang pesimis terhadap dunia. Dalam tulisan Awaad dan Ali (2015) yang mencantumkan gagasan al-Balkhi seputar gangguan obsesi,

ia akan kembali tenggelam dalam pikiran-pikiran yang mengganggu. tidak lama setelah kegiatan-kegiatan tersebut terhenti, Namun, bisa saja seseorang yang mengalami gangguan obsesi mengalihkan perhatiannya dengan melakukan kegiatan lain seperti menceburkan diri dalam perbincangan atau menjalani rutinitas. Dalam keseharian,

memengaruhi konsentrasi dan menciptakan ketakutan dalam dirinya. menghambatnya menikmati hidup dan menjalani keseharian, al-Balkhi telah menjelaskan bahwa gangguan obsesi melibatkan pikiran-pikiran mengganggu yang tidak nyata yang dialami seseorang, Jauh sebelum gagasan-gagasan ini dikemukakan,

Kesedihan sebagai Sumber Penurunan Kondisi Fisik

dan membahayakan diri seseorang atau menyebabkan kecemasan. tidak diinginkan, atau keinginan yang muncul berulang kali, dorongan, gangguan obsesi didefinisikan sebagai pemikiran, Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders versi kelima (DSM-V) yang dijadikan kitab pegangan pakar-pakar psikologi saat ini,

Inggris melihat obsesi terkait dengan pemikiran-pemikiran yang menghina Tuhan pada saat seseorang mempraktikkan ajaran agamanya. Uskup Norwich, John Moore, Sementara, keraguan yang hadir selepas keraguan sebelumnya dientaskan. Ia berpendapat bahwa keraguan yang bersifat obsesif merupakan masalah yang muncul setelah suatu masalah berakhir, Irlandia. Uskup Down and Connor, Salah satu pendefinisian gangguan obsesi disampaikan oleh Jeremy Taylor,

gangguan obsesi didefinisikan oleh pejabat-pejabat institusi agama. Pada masa itu, Referensi mengenai gangguan obsesi yang dilekatkan dengan perilaku kompulsif banyak diperoleh dari tulisan-tulisan ilmuwan Barat sejak abad ke-17.

atau kecemasan akan dapat mempertahankan kesehatan mental dan fisiknya. kesedihan, Orang yang mampu mengendalikan amarah, kesehatan seseorang dipengaruhi oleh caranya mengekspresikan dan mengarahkan emosi. Ia menyatakan, Kamil al-Sina'ah al-Tibiyyah. Ali bin al-Abbas al-Majusi menelurkan gagasan serupa dalam karyanya, pakar kesehatan Arab lainnya, Sehubungan dengan pemikiran al-Balkhi ini,

Kajian Tubuh dan Jiwa ala Abu Sayd al-Balkhi
Infografik Abu Zayd Al balkhi al ilmu

Gangguan Obsesi dalam Gagasan al-Balkhi

tetapi juga penanganan fisik secara medis. Kesedihan yang tidak teridentifikasi sumbernya ini potensial menimbulkan gangguan pada tubuh sehingga tidak hanya perawatan mental saja yang diperlukan, serta menghambat seseorang dalam beraktivitas fisik maupun merasakan kebahagiaan dari hal-hal yang semula ia nikmati. Kesedihan semacam ini dapat datang tiba-tiba dan menetap untuk jangka panjang, al-Balkhi juga menemukan kesedihan yang tidak jelas diketahui dari mana sumbernya yang dapat menyebabkan seseorang jatuh sakit. Selain kesedihan yang bisa diidentifikasi,

Pasien mesti menyadari risiko besar yang menantinya bila terus menerus membiarkan pikirannya dirusak oleh hal-hal negatif. Terapi internal meliputi upaya-upaya swadaya pasien untuk menanamkan pikiran-pikiran positif guna menangkal kesedihan dan depresinya. Terapi eksternal melibatkan perbincangan persuasif atau nasihat dari ahli-ahli kejiwaan maupun orang-orang terdekat pasien yang dapat dipercaya.

Cara penanganan kesedihan jenis ini menurut al-Balkhi adalah dengan melakukan terapi eksternal dan internal. kesedihan yang dapat teridentifikasi penyebabnya seperti kematian anggota keluarga atau kebangkrutan. Pertama, pakar psikologi Muslim ini menyatakan terdapat dua jenis rasa sedih yang bisa dialami seseorang. Terkait kesedihan, serta obsesi (wasawes al-sadr). ketakutan dan fobia (al-faza), kesedihan dan depresi (al-jaza), Al-Balkhi membagi gangguan mental ke dalam empat kategori: kemarahan (al-ghadab),

akan mampu memangkas banyak biaya dan merupakan cara penyembuhan yang lebih menyenangkan bagi pasien daripada mesti mengonsumsi obat-obatan. perawatan psikologis yang bagi al-Balkhi lebih penting, Di lain sisi,

mulai dari rasa nyeri yang mesti dialami sampai besarnya biaya pengobatan yang harus dibayarkan. penyembuhan fisik dengan metode-metode seperti operasi dan penggunaan obat-obatan akan banyak membawa konsekuensi bagi pasien, Menurut al-Balkhi, disebutkan bahwa al-Balkhi menganjurkan pelibatan perawatan psikologis pada saat ahli-ahli medis menyembuhkan penyakit fisik pasien. Dalam karya ilmiah Deuraseh dan Talib (2005) yang diterbitkan The International Medical Journal,

Aspek psikologi dan kondisi fisik manusia yang saling mempengaruhi sebagaimana dijabarkan al-Balkhi ini dikenal dengan sebutan psikosomatis dalam kajian ilmu kejiwaan sekarang ini.

fisiknya akan lebih rentan terserang penyakit. saat kondisi psikologis seseorang melemah atau pikirannya terganggu, ia akan kehilangan kemampuan kognitif dan gagal menikmati beragam aspek kehidupan lainnya.  Begitu pun sebaliknya, Al-Balkhi meyakini bahwa bila tubuh seseorang sakit, al-Balkhi mengkritik dunia kedokteran yang pada masa itu lebih berkonsentrasi pada penyakit fisik para pasien alih-alih menilik aspek psikologis mereka. Sebagai seorang pakar medis,

karyanya ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Malik Badri dengan judul Sustenance of the Soul: The Cognitive Behaviour Therapy of a Ninth Century Physician. Pada 2013, Gagasan-gagasannya yang dianggap signifikan dalam perkembangan ilmu psikologi termaktub dalam buku bertajuk Al-Masalih al-Abdan wal-Anfus.

hingga filsafat. psikologi, kedokteran, astrologi, geografi, Ia menguasai sejumlah ilmu mulai dari matematika, masa-masa keemasan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. salah satu ilmuwan dari jazirah Arab.
Al-Balkhi merupakan pakar berbagai bidang keturunan Persia yang hidup antara abad 9-10 M, ide tentang tubuh dan jiwa yang berkelindan juga diselidik oleh Abu Sayd al-Balkhi, Dalam perkembangan ilmu psikologi, tetapi juga oleh jiwa atau pikiran. Mereka memandang keberadaan manusia tidak hanya ditandai oleh tubuh yang kasat mata, dan Aristoteles. Plato, Sokrates, Wacana psikologi telah dimulai sejak ribuan tahun silam oleh para filsuf Yunani seperti Hippokrates,


Source: tirto.id

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

EmoticonEmoticon

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.