Jadi kita sewa-sewakan space untuk office.” "Tapi kami mau arahkan ke office. Jadi kami enggak bikin lagi arahnya ke shopping mall," ujarnya. “Kami tidak bisa bersaing dengan mereka.
Menurutnya manajemen telah memikirkan konsep penyelamatan dengan menjadikan mal sebagai area perkantoran. Diding masih optimis Grand Serpong Mall akan kembali bangkit. Meski berada dalam situasi suram,
mal menjadi toko serba ada yang siap memanjakan anda. Pendeknya, gereja dan musala. bioskop, galeri seni, karaoke, supermarket, dokter kecantikan, pusat perawatan tubuh, pusat kebugaran, toko buku, taman bermain anak, kedai kopi, Di mal kita bisa menemukan apa saja: restoran,
hingga menunjukkan status sosial. rapat kerja, berbagi cerita, Mal telah menjadi gaya hidup tempat orang-orang menghabiskan waktu untuk bertamasya, mal memang bukan lagi sekadar tempat berbelanja. Di sejumlah kota besar, para pesaing Grand Serpong Mall hadir menawarkan impian. dan lokasi strategis, kemodernan fasilitas, Lebih dari memiliki kemegahan bangunan,
Ditambah catchment area mereka bagus,” ujar Diding, kepala area Grand Serpong Mall. Ya mereka kan mal baru biasanya ramai. kami kalah. “Mungkin dengan adanya mereka,
dan Teras Kota Mal. Alam Sutera Mal, Living World Mal, Summarecon Mal, Transmart Mal, mal ini dikepung oleh setidaknya 5 mal baru: Tangerang City, Dalam radius sekitar 5 kilometer,
mal ini mulai ditinggalkan pengunjung. seiring munculnya pesaing baru di sekitar, Namun, mal ini menjadi tujuan utama warga Tangerang berbelanja. Di masa awal beroperasinya pada 2005, Grand Serpong Mall pernah menikmati masa-masa kejayaan. Digerus Pesaing Sebelum menghadapi situasi suram seperti sekarang,
dan Rp14,2 triliun (2016). Rp12,8 triliun (2015), Rp11,8 triliun (2014), Rp9,7 triliun (2013), Rp7,6 triliun (2012), Rp5,9 triliun (2011), Dalam tujuh tahun terakhir laba bersih MAP terus meningkat: Rp4,7 triliun (2010), perusahaan ritel gaya hidup yang memiliki 2.000 gerai di seluruh Indonesia dan memegang portofolio lebih dari 150 merek. Indikasinya bisa menengok laporan keuangan PT Mitra Adi Perkasa (MAP) Indonesia, meski trennya cukup menguat tetapi belum berpengaruh signifikan dalam menggerus penjualan di mal. Sedangkan toko daring,
hingga arena bermain anak. wahana kolam renang, apartemen, hotel, Di sana ada restoran, fasilitas penunjang di mal terbilang komplet. Selain itu, Persis di pintu keluar tol Tangerang dan dilalui sejumlah rute angkutan umum. Posisinya lumayan strategis. lokasi mal ini tidak jelek-jelek amat. Dari segi akses, penyebab kegagalan Grand Serpong Mal agak berbeda dari yang terjadi di Tiongkok maupun Amerika. Meski begitu,
penjaga minimarket. Apalagi Sabtu dan Minggu,” kata Asep, Di sana ada satu perusahaan ritel berkonsep grosir dan beberapa lapak warung makan. “Memang keadaannya begini (sepi). satu-satunya nada kehidupan ada di lantai dasar. Dari empat lantai,
Hanya ada dua mini market dan sebuah usaha penatu yang terlihat beroperasi. Ratusan toko tutup. Kebanyakan eskalatornya tak berfungsi. Lampu-lampu ruangan mati. Gelap dan nyaris hening. Situasi di dalam mal lebih mengenaskan.
Sebuah kedai kopi asal Korea yang buka di sebelah pintu masuk utama dan rumah makan di sisi mal seakan malas menanti pembeli. Tak ada seorang pun petugas keamanan yang berjaga di pintu masuk. Ruang parkirnya sepi kendaraan. Sunyi dan seram. Grand Serpong Mal di bilangan Tangerang lebih mirip kuburan ketimbang pusat perbelanjaan.
Grand Serpong Mall
mal yang bersambungan langsung dengan Plaza Indonesia dan Grand Hyatt ini resmi menghentikan operasinya. setelah 10 tahun berselang, Namun, dan XXI. Hard Rock Café, Fashion TV Bar, Beberapa penyewa besar antara lain Celebrity Fitness, Bentuk dan warna bangunannya unik dan nyentrik. Mal yang resmi dibuka pada 14 Februari 2004 ini membidik muda-mudi Jakarta sebagai pangsa pasar. Jakarta Pusat. Anak gaul Jakarta yang hobi ngemol mungkin tak asing dengan Mall eX (Entertainment x’Enter) di Thamrin,
Mall eX
Layu tak bisa berkembang.
Di Jakarta dan Tangerang juga ada mal bernasib suram.
Ini membuat sejumlah jenama beralih ke sistem penjualan daring karena terbukti lebih murah meriah ketimbang biaya sewa mal yang mahal. salah satu penyebabnya gaya belanja daring yang meningkat di masyarakat. Sedangkan di Amerika Serikat,
Tidak memiliki waktu atau uang untuk belanja dan bermain roller coaster,” kata seorang pekerja migran berusia 20-an yang bekerja di mal. “Orang-orang datang ke sini untuk bekerja di pabrik-pabrik. Dongguan adalah kota pabrik tempat hampir 10 juta penduduknya adalah pekerja migran yang berjuang untuk kehidupan. kegagalan mengundang pengunjung terjadi karena proyek itu dibangun tanpa pertimbangan komersial yang matang. Dalam kasus New South China Mal,
yakni ketidakmampuan membaca pasar dan perubahan zaman. Ada ancaman yang lebih serius, Apa yang terjadi di Tiongkok dan AS menunjukkan kemewahan dan kemegahan tidak serta merta membuat sebuah mal digdaya.
tapi juga mal kelas atas dengan luas mencapai 1,1 juta kaki persegi. Ancaman ini tidak hanya menimpa mal kelas bawah, 15 persen mal-mal Amerika diprediksi bakal gulung tikar. Dalam 10 tahun mendatang, Mal-mal di sana mengalami masa-masa sakaratul maut. situasinya lebih mengerikan. Di Amerika Serikat,
CNN menyebutnya sebagai mal hantu. hanya ada 47 yang terisi. Dari 2.350 toko yang tersedia, Bangunan seluas 660 ribu meter persegi di lahan 89,2 hektare itu kosong melompong. Tapi harapan itu tidak pernah menjadi kenyataan. mal ini bisa menggaet sekitar 100 ribu pengunjung saban hari. Angan-angan Guirong, tapi juga beragam sarana rekreasi keluarga dari gondola hingga roller coaster. Tak hanya dibangun ribuan toko belanja,
dan Venesia. Roma, Paris, Mesir, Karibia, California, Arsitektur bangunannya dibagi dalam tujuh zona yang menggambarkan ikon surga belanja dunia: Amsterdam, dan kanal-kanal panjang. air mancur, Sphinx Mesir raksasa, Bagian luar mal dihiasi ratusan pohon palem dan replika Arc de Triomphe, Tiongkok. Guirong ingin menjadikan mal ini sebagai pusat perbelanjaan paling megah di dunia. New South China Mal dibangun Hui Guirong dengan ambisius pada 2005 di Provinsi Guangdong,
Source: tirto.id
EmoticonEmoticon
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.